Rabu, 25 Mei 2016

SELAMAT DATANG DI BLOG KOPI MOCHA

Hai kawan-kawan yang suka membaca, ini adalah blog pribadi milik saya. Disini saya akan menshare beberapa tulisan saya untuk para pembaca. Semoga karya saya dapat menjadi semangat dan bermanfaat buat banyak orang, terus semangat dan terus berkarya, Jangan takut terjatuh dan terus berjuang dengan pena yang kian tajam tentu dengan analisa yang tajaum. GOOD LUCK :)

NAFAS KESATUAN


Dunia terasa ramai, gaduh nan riuh.
Jerit hati pembebasan terbelenggu nista pilu.
Jiwa-jiwa tercampak mati dibalut penghormatan sendu.
Mayoritas berbercak darah dilempar ke ruang bisu.

Matahari berlari mencapai tangis merdeka.
Meraih tangan patah berdarah dari temaram kepedihan.
Garudaku melesatkan jiwa bernyawa terbang tinggi.
Membuka tabir Gema Ripah Loh Jinawi.

Bangkit tertatih kami bermemori kubur yang pahit.
Menggendong generasi abadi yang dinanti.
Warna telaga ini bak surga berwarna-warni.
Menyatukan dataran anak-anak kecil tertawa berlari.

Darah dan luka menitihkan pelukan kasih sayang.
Sadar badai kembali siap menggulung di ufuk sana.
Terus Kuatkan jiwa, satukan langkah.
Untuk sebuah arti kesatuan, INDONESIA.


Tangerang, 20 Juli 2015.


Puisi ini menjadi kontibutor dan telah di e-Book oleh Penerbit WaroengBooku dalam  e-Book Bait-Bait Anak Bangsa.

OH IBU, AKU INGIN… (Antologi Puisi Orang- Orang Sandiwara)

Pagi ini matahari tersenyum singit padaku
Ntah karena aku mengantuk atau lusuh bau
Nyatanya malam selimutiku hujan hingga demam
Kusadari  atap tidurku menangis tak ditemani bintang

Kubuka mata seraya kokohkan raga
Tertatih-tatih meraih tas kesayangan
Bukan ku isi dengan ilmu
Lebih dari itu, mengais sampah tuk mengisi perut

Tapak langkah mulai ku hentakan
Berharap hari ini dapat beli obat agar TBC ibu reda
Serta bisakah sekejap tau apa rasa ayam bakar
Dan berkediaman rumah berdinding sepaket atap

Namun…
Siapakah aku???
Saat ku tengok kelas ber-AC itu
Dengan seragam bagus menuntut ilmu

Ibu…
Mengapa dunia kejam padaku?
Bolehkah ku tukar puing-puing masa depanku
Dengan lembaran tulisan ilmu pembuka cakrawala

Oh Ibu..
Aku ingin hinggap pada topi bertali gelar
Yang dipindahkan talinya
Maka banggalah dipanggil sarjana

Aku ingin bersekolah, bu..
Agar melihat senyum indahmu seperti saat melahirkanku
Agar aku mengerti yang sering raga almamater lantunkan
Bahwa aku ada karena aku berpikir

Dunia…
Kau terus berputar tanpa lelah
Dan kutatap diriku dari pantulan mobil mengkilat dijalan
Aku tetap si lusuh berkarung sampah
Selebihnya di:

NEGERI (Antologi Puisi Orang- Orang Sandiwara)


Aku tertitih menapaki bumi
Kiri kanan konstruksi megah menatapi
Langkah kian terjerat bayang senyap
Dalam megahnya kota sandiwara

Orang terus berlalu lalang
Seraya berairmuka tersurat berbadan robot belaka
tersungkup topeng-topeng senyum semu
Bermesin  robot berbahan bakar sampah

Aku terpojok dalam sudut kota
Dimanakah manusia???
Saat aku terbelalak bertanya-tanya
Kurcaci kecil terlelap beralas koran rongsokan

Negeriku tak mengangkasa
Namun berharta laut dan tanah
Negeriku tersihir uang-uang panas
Yang mengoyak berbalut solek penjajahan kekinian

Matahariku telah terbitkan proklamasi
Dengan gagah Garuda lambang nan suci
Namun apa tafsir nafas bebas manusiawi
Saat garis suratan negeri kurenungi


selengkapnya: 

Aku Hanya Gadis Sederhana, Tapi Izinkan Aku Mencintai dengan Sesungguhnya

Aku hanya seorang gadis yang sedang mengejar gelar sarjana di tanah rantau.
Aku fokus meraih nilai selagi aku muda, agar kelak gelar sarjana kuraih dan membahagiakan kedua orang tua.
Silih berganti tugas datang, menenggelamkan ku bahkan sebelum sang raja hari menutup mata.
Penat itu ada dan bergelut dalam jiwa yang mencari jati diri dalam kerasnya dunia disaat hidupku berbekal beasiswa.

Sejenak ku menepi, menatap riuh ombak tarian ilalang yang tak ku temui di kotaku tinggal.
Tiba-tiba bola dari anak-anak kecil yang sedang bermain menghampiriku.
Sorak-sorak mereka mengajakku turut ikut bergabung.
Pilihan hanya ada dua, yaitu tak perduli atau biarkan dirimu melebur dengan alam.
Dan tentu kau tau? apa jawabannya...

Senyum kami mengembang, lari bersama, sorak-sorak, tertawa, jatuh dalam kebahagiaan, tak pernah kurasa seperti ini.
Cinta ini tumbuh pada alam dan seisinya.
Lama...lama...dan lama aku mencari kebenaran dalam ruang yang hampa.
Aku terlalu egois untuk mengejar masa depan.

Namun, di balik kebahagiaan itu rupanya ada airmata mereka.
Dibalik itu pendidikan mereka ialah rendah.
Mereka sekedar memiliki mimpi menjadi pedagang atau guru.
Karena menurut mereka "kata ibu kalau jadi pejabat banyak yang suka korupsi kak, itu haram, nanti masuk neraka teteh".
Aku terenyuh...

Mereka hanya berminpi meraih pendidikan dan berpenghasilan cukup serta halal untuk kehidupan.
Bersyukurnya aku, aku diperjumpakan dengan orang yang merasakan apa yang ku jumpai ini.
Bahwa dikeramaian ini, masih banyak orang marginal terbuang kejamnya dunia.
Lambat namun pasti, tangan ini mulai banyak yang menggandeng untuk ciptakan perubahan.
tak sekedar itu, masyarakat perlahan mulai maju ikut dalam barisan ini untuk ciptakan perubahan.

Aku terharu, cinta ini lebih luar biasa.
Cinta negeri tanpa pamrih, tanpa terekspose media, tanpa rasa mengeluh walau memiliki berjuta rintangan.
Sanggar belajar gratis secara sukarela terbangun disana, dengan pengajar seadanya dan seikhlasnya.
Namun kini anak-anak itu tertawa lepas dengan mata penuh dengan cita-cita dan harapan hebat untuk masa depan.
Kini aku bersyukur dipertemukan cinta sesungguhnya, saat kita bisa membuat orang lain bahagia dan bebas bermimpi setinggi langit, meraih bintang di angkasa.

Kini tiap aku bertanya: Ayo siapa yang mau jadi Presiden agar bisa ciptakan perubahan hebat?
Semua anak kecil disana berkata: AKUUUUUU!!!!!!!! AKUUUUU!!!!!! (penuh antusias mengacungkan jari mereka).
Aku tersenyum dan bangga, semoga siapa pun yang membaca dapat menarik hikmah cinta yang sesungguhnya.

Tulisan ini menjadi juara 3 lomba Rubik Okezone.com

Bu, Maaf Aku Belum Juga Pulang, Karena Ada Mimpi yang Sedang Giat Aku Rajut

"Masa transisi menuju dewasa menghampiriku. Aku hendak berkelana untuk mencari ilmu, melatih mentalku agar menjadi kebanggaan dunia yang biru. Aku keluar dari zona nyaman, menuju kerasnya dunia yang terasa asing ku sapa. Pelukan hangatmu mengantarkanku hingga menaiki bus yang akan membawa ke tanah orang.
Bu, aku lihat matamu berkaca-kaca, aku sadar untuk pertama kalinya kita hendak terpisah jarak. Aku berusaha tegar, walau rasanya aku pun tak mampu melepas pelukan itu. Aku memutuskan tak menengok kedua kalinya, demi menunjukan keseriusanku mengejar cita-cita..."

Tuhan Selalu Punya Cara yang Cantik Mempertemukan Kita Kembali

"Kau tau, perjalanan kita kukira awalnya akan berujung indah. Kisah yang kita mulai saat bangku kuliah telah menyapa, tak sengaja kita berkenalan karena dalam satu naungan organisasi. Membuat kita semakin dekat walau berbeda tingkatan. Awal kau bercerita tentang hidup hingga sebuah cinta yang membuatmu patah, maka tak sengaja hatiku terkulik untuk mengobatinya, hingga tak terasa cinta itu sampai ke palung jiwa.
Ya, maafkan perasaan ini berubah, namun siapa sangka Tuhan berkata lain. Justru kita sering bersapa dan membuat kita terperangkap dalam satu jeruji cinta, hubungan asmara mengalir begitu saja...."

Aku Banyak Belajar Dari Sayap Istanamu Yang Patah, Kak

"Beban hidup kian hari terasa bertambah. Lelah pasti ada. Mengeluh dan mengeluh, rasanya ingin kembali ke masa kecil dimana hal tersulit yang dihadapi sebatas PR perkalian Matematika. Saat kecil, aku sangat ingin cepat dewasa, agar seperti mereka yang sudah lebih dulu dewasa, berjalan dengan gagahnya dan tak terlihat lemah. Namun saat menginjak usia yang mulai matang, aku sadari..."

Selengkapnya: http://www.hipwee.com/narasi/aku-banyak-belajar-dari-sayap-istanamu-yang-patah-kak/

Kepadamu yang Datang Kepadaku Ketika Hanya Butuh Saja, Apalah Dayaku

"Lama kita berkenalan, dengan rambut yang terurai dan gaya yang kekinian sapamu terkesah cuek. Tak sesekali ku lihat senyummu terpapar hanya hitungan persekian detik saja untukku. Aku diam, mungkin kau sariawan atau dirundung gelisah? Hari berlalu membawa banyak rangkaian agenda, yang semula tertata rapi, kian berantakan dan terhimpit waktu yang ada. Tak kalah dengan pohon berusia ratusan tahun, pikiran ini pun mulai memiliki cabangnya yang banyak. Saat itulah aku terkejut, kau yang biasa berlalu, kini tersenyum ramah, sembari bertanya ini itu bahkan tak sungkan mengajak...."

Selengkapnya di: http://www.hipwee.com/narasi/kepadamu-yang-datang-kepadaku-ketika-hanya-butuh-saja-apalah-dayaku/

Ketika Dunia Memanggilku “Gadis Galau” Atau “Si Wanita Lemah”, Ketahuilah.

"Cinta kian bersemi, langit pun biru dan bunga mekar begitu indah. Senyuman dan kata-kata manis penyemangat ia kirim ke BBMku pagi ini. Pipi ini kian merah. Pagi ini pun aku kuliah, bertemu sahabat dan tertawa bersama, saat masuk kelak perkuliahan pun lancar. Sejauh ini semua baik–baik saja.
Tapi, itu berbeda saat aku terbangun dari buaian mimpiku di pagi yang ditemani hujan. Rupanya mimpi itu amat manis hingga aku rasa bolehkah aku mengulangnya dengan waktu yang lebih lama?
Aku putuskan bergegas kuliah dengan gaya seadanya, sepaska air hujan berhenti menari dari langit yang tebal. Tiba-tiba..."

Dari Aku Generasi Muda yang Mencoba Bangkit, Ayo Kita Tinggalkan Kegalauan Ini!

"Ya, kita adalah asset bangsa untuk kemajuan negeri. Mungkin kita geram melihat ada saja tingkah laku dan kasus-kasus yang mewarnai sekitar kita. Bahkan tak jarang hal itu membuat kita hampir bosan untuk meladeninya. Semua saling serang dan semua saling menuntut, tapi kita sebagai generasi muda tentu memiliki beban sendiri ntah kuliah, kerja atau bisnis?..."

Baca selegkapnya: http://www.hipwee.com/narasi/dari-aku-generasi-muda-yang-coba-bangkit-ayo-kita-tinggalkan-kegalauan-ini/

Untukmu Yang Membuat Hatiku Hancur Kesekian Kalinya, Kau Berhasil Buatku Bimbang

"Kita telah lewati kisah yang pelik selama 3 tahun adanya. Kau ingat kita telah membangun kehidupan kita dari nol, ketika kita sama-sama merintis masa depan. Angan-angan kecil kita ialah banyak, Hal yang manis tiap kali aku mengingatnya..."

Selengkapnya:
http://www.hipwee.com/narasi/untukmu-yang-membuat-hatiku-hancur-kesekian-kalinya-kau-berhasil-buatku-bimbang/

Buka Matamu dan Rasakan Banyak yang Tetap Mempedulikanmu

"Semua yang telah terjadi bagaikan sia-sia, tak ada lagi artinya dan kau berpikir untuk menyudahinya. Dunia seakan runtuh dalam cabikan-cabikan kerasnya hidup. Air mata yang menetes menunjukan diri ini lemah. Kita tak berkutik dan terpojok dalam keheningan disaat dunia bergema nyaring dan terus berputar bersama detik waktu yang terus berubah..."

Selengkapnya baca di:
http://www.hipwee.com/narasi/buka-matamu-dan-rasakan-banyak-yang-tetap-mempedulikanmu/

Aku Bulan yang Tak Bersinar di Hatimu, Akulah Kekasih yang Tak Pernah Kau Anggap

"Mentari bersinar dengan indah, burung menari penuh kebahagiaan di angkasa. Namun semua kian pudar saat ku dapati diri ini tak pernah menjadi bintang terang di matamu, aku bulan yang tak bersinar dihatimu. Bagai semut di pelupuk mata, tak pernah kau lihat usahaku..."

Baca selengkapnya:
http://www.hipwee.com/narasi/aku-bulan-yang-tak-bersinar-di-hatimu-akulah-kekasih-yang-tak-pernah-kau-anggap/

Persahabatan Ini Nyatanya Telah Mendewasakan Aku yang Lemah

"Sore itu di kampus, aku melihat sorot matamu yang lembut dengan senyum manis nan dewasa. Kita saling berkenalan sejak awal menginjakan kaki di dunia perkuliahan, kita mulai bersama dalam tempaan sistem perkoncoan ala mahasiswa. Merasa sama-sama bingung di tanah rantau membuat kita saling bahu-membahu dalam menyudahi hari-hari yang jauh berbeda dari sekedar masa putih abu-abu...."

Selengkapnya di: http://www.hipwee.com/narasi/persahabatan-ini-nyatanya-telah-mendewasakan-aku-yang-lemah/

Tuhan, Meski Ia Telah Menyakiti, Salahkah Kalau Hati Ini Masih Sangat Mencintainya? Haruskah Cinta Ini Menyiksa?

"Tuhan menghadirkan seseorang dalam hidup ini dengan begitu manis. Terdapat senyuman yang saling bertautan antara 2 insan yang dimabuk kepayang, hingga lambat laun menjadi tuntutan pendewasaan satu sama lain. Aku kian berubah mengikuti jalannya, kian berubah mengikuti keinginan hatinya. Berharap kau pun sama kian berubah, namun siapa yang sangka saat pilihan mendua adalah jalan singkat yang kau tempuh ntah untuk apa???......"
selengkapnya: http://www.hipwee.com/narasi/tuhan-meski-ia-telah-menyakiti-salahkah-kalau-hati-ini-masih-sangat-mencintainya-haruskah-cinta-ini-menyiksa/

Jumat, 25 Maret 2016

Derai Cinta Berselimut Lembut Ramadhan

"...Rupanya keheningan terlalu nyaman menemaninya. Waktu menunjukan pukul 17:00, Almira menyadari 1 jam lagi waktu melepas dahaga dan lapar. Ia membuka kulkas dan mendapati makanan instan, salah satunya sarden kaleng kecil. Itu menjadi sasaran pengisi laparnya, Ia memasaknya dan juga membuat jus mangga sebagai pelepas dahaga nanti. Adzan pun berkumandang, tanda waktu berbuka puasa. Sesaat di meja makan, Almira melihat kiri kanannya. Kesunyian ini amat berbeda dari khayalannya dan terbesit suara kecil dalam hatinya kerinduan seperti keluarga pada umumnya.   “Bun, yah, ayo kita makan, selamat berbuka puasa” (Almira berbicara sendiri dan menghanyal ada keluarganya bersama dia)   Tak terasa air matanya mengalir. Ia hanya bisa mengusapnya dan melanjutkan makan. Kini dahaga dan lapar itu sudah pergi, Almira kemudian beristirahat dikamarnya sambil sesekali Ia merasa kepalanya masih sakit. Adzan isya berkumandang, ntah mengapa adzan kali ini terasa berbeda, menyentuh sanubarinya. Almira melirik pada mukenanya yang lama sekali tak tersentuh dan tersadar lama sekali jauh dari Allah. Akhirnya Almira memutuskan shalat tarawih di masjid..." 


Baca selengkapnya dan temui makna cinta sesunggunya: http://kafekopi.blogspot.com/2015/06/derai-cinta-berselimut-lembut-ramadhan.html

MEREFLEKSI PANCASILA: ANTARA IDEOLOGI DAN SEBUAH HAPALAN UPACARA

Tentu kita tidak asing dengan Pancasila. Sebuah 5 sila yang “dikatakan” sebagai falsafah atau landasan fundamental Negara Indoensia, yang dirasa dapat mempersatukan negeri ini sekaligus mewadahi kebutuhan massa rakyat. Pancasila menjadi landasan bernegara yang sejalan dengan cita-cita bangsa berupa menciptakan masyarakat Indonesia yang yang adil dan makmur. Pancasila menunjukan kepribadian bangsa yang menjadi identitas bangsa Indonesia di ,mata dunia. Pancasila berakar dari Panca dan Syila. Panca memiliki arti lima dan Syila (i dibaca pendek) berarti satu sendi, dasar, alas, atau asas, sedangkan Syila (i dibaca panjang) bermakna peraturan tingkah laku yang baik, utama atau yang penting. Dalam historisnya, kata Pancasila pertama kali ditemukan dalam Agama Budha. Dimana dalam Kitab Tri Pitaka, Pancasila diatrtikan sebagai lima aturan kesusilaan yang dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh penganut Agama Budha. Pada Kerajaan Majapahit, istilah Pancasila termasuk dalam Kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca, Pancasila juga kita jumpai dalam Kitab Sutasoma karya Empu Tantular. Tahun 1942, Jepang hadir ditanah Indonesia, alih-alih akan membawa perbaikan, justru lebih kejam dari masa Hindia Belanda. Terjadi pergejolakan atas kehadiran Jepang dari berbagai wilayah, hingga pada 7 September 1994 Perdana Menteri Koyso menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia. Ini menjadi kesempatan yang di sambut baik oleh pribumi. Dibuatlah BPUPKI. Dari sinilah tercetus ide-ide gemilang terkait dasar Negara yang kini lebih kenal dengan nama pancasila. 28 mei 1945, BPUPKI mengadakan sidang pertamanya, yang bergulir sampai empat hari. Di sidang inilah, Moh.Yamin mencetuskan pokok gagasannya berupa Ideologi Kebangsaan, Ideologi Kemanusiaan, Ideologi Ketuhanan, Kerakyaatan, Dan Ideologi Kesejahteraan. 1 juni 1945, Soekarno mencetuskan pula dasar-dasar Kebangsaan Internasionalisme, Kesejahteraan, Ketuhanan, Dan Mufakat, yang kemudian beliau beri nama Pancasila. Selanjutnya hal tersebut mencuatkan terbentuknya panitia Sembilan guna merumuskan ulang pancasila yang telah di cetuskan. Menjadi babak baru saat terbentuknya Piagam Jakarta. Terjadi kontroversi kata-kata yang bernafaskan condong pada salah satu agama, sedangkan ada pula yang menginginkan bersifat umum. Pada 10 dan 14 Juli 1945 piagam ini resmi dibahas, didalamnya terdapat usulan bahwa pemeluk agama islam wajib menjalankan syariat islam. Namun, sore hari pada 17 Agustus 1945 petinggi-petinggi mayarakat dari papua, Sulawesi, Maluku, Kalimantan dan Nusa Tenggara mendatangi Soekarno untuk menyampaikan keberatan hatinya atas kalimat “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Akhirnya melalui diskusi panjang, diubahlah kalimat itu menjadi “demi menjaga kesatuan Indonesia”. Menurut Soekarno, Pancasila ini memiliki tiga pokok pikiran, yaitu sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi dan ketuhanan. Kita menapaki bagian dari sosio-naionalisme. Sosio-nasionalisme dalam hal ini menentang kapitalisme dan imprealisme, tidak ada lagi penindasan. Hal ini adalah sebagai nasionalisme yang mementingkan massa rakyat. Kebangsaan yang dijunjung didasari oleh semangat persatuan.nasionalis yang di cantumkan disini bukan mengarah kepada chauvinis maupun Kosmopolitan, melainkan mengarak kepada persatuan yang tidak terlepas pula dari internasionalisme (kemanusian). Ini bentuk nasionalisme yang kecenderungan progresif dilandasi keinginan setara dengan bangsa lain. Kemudian beralih ke sosio-demokrasi, hal ini lebih menunjukan kepada penggabungan mufakat atau kedaulatan rakyat, dengan keadilan social. Kontradiksi dalam suatu bangsa sebisa mungkin ditarik menuju jalan keluar dengan musyawarah mencapai mufakat. Kedaulatan rakyat mendapat tempat tertinggi secara ekonomi-politik. Hal ini ditekankan pada pentingnya keadilan dalam bidang sosial budaya. Namun dalam kali ini, tidak membahas terkait ketuhanan. Jika menurut Soekarno, Kebangsaan dan Internasionalisme Kebangsaan serta Peri Kemanusiaan dapat diperas menjadi sosio-nasionalisme, kemudian Demokrasi dan Kesejahteraan dapat diperas menjadi sosio-demokrasi dan yang tersisa adalah Ketuhanan yang saling menghormati. Hal inilah yang disebut sebagai Trisila, yang bahkan menurut Soekarno dapat diperas lagi menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong. Lantas bagaimana tapak tilas pancasila kini? Dahulu, pancasila menjadi landasan progresif yang dilahirkan dengan kesepakatan bersama. Namun, kini pancasila bahkan sekedar dihapal dalam setiap upacara pagi sekolah. Baik SD, SMP, ataupun SMA, mereka lancar melantunkan Pancasila dalam upacara senin tiap minggunya, namun disayangkan tidak semua orang paham betul essensi dari Pancasila. Pancasila kini terlihat sebagai warisan usang yang hanya diletakan pada etalase saja, tanpa terjamah. Padahal Pancasila termasuk ideologi terbuka, dimana bersifat fleksibel mengikuti jaman. Di jaman Orde Baru, Pancasila dijadikan alat untuk memberangus kelompok yang tidak dalam satu garis haluan pemerintahan Orde Baru. Munculah Hari Kesaktian Pancasila. Dalam era reformasi, Pancasila terbentur oleh kehadiran neoliberalisme yang buas. Neoliberalisme yang masih satu induk kepada kapitalisme dan imprealime ini telah menyunat pola-pola logika manusia. Ideologis kian tergeser berpacu pada akumulasi, ekspasi dan eksploitasi. Pancasila menjadi ornamen Negara belaka. Seiring masuknya Indonesia dalam ombak besar neoliberalisme, budaya yang terbangun bukanlah bersemangat Pancasila, melainkan individualisme dengan hedonismenya, konsumtifnya dan berbagai macam cara guna kapital memperoleh profit maksimum dengan modal seminim mungkin. Oleh sebab itu, menjadi tugas besar kita untuk membangun kesadaran bersama, bahwa janganlah kita biarkan Pancasila tertunggangi kepentingan-kepentingan gelap didalamnya. Kita harus menyadari betul penjajahan gaya baru yang kian mengintai negeri ini. Jadikanlah nilai-nilai Pancasila tumbuh progresif pada jiwa-jiwa revolusioner, agar sosialisme yang selama ini diimpikan dapat terwujud mencapai kemenangan sejatinya. MERDEKA! SELAMAT HARI LAHIR PANCASILA.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/deraimerahperjuangan/merefleksi-pancasila-antara-ideologi-dan-sebuah-hapalan-upacara_5572186cbd22bd8038c21f91

KUKENAL KAU SEBAGAI ROHANA KUDUS

Kau tak menimba ilmu mendalam 
Hanya menyimak dari buku yang ayah bawa 
Haus akan ilmu yang tersua 
Menjulangmu pada evolusi memelikan 
Sapamu pada noni Belanda sebelah rumah 
Menatarmu telaah sulam dan renda 
Hingga logikamu berdialiektis 
Menitih para wanita berproduktif

 Tanpa ragu kau bangun istana ilmu 
Berbagi pada kaum hawa yang kosong
 Mengisi gelas-gelas ini melampaui tapal batas 
Kau detakan nyawa sejati si manis termarginal 
Tanganmu kini menari 
Berpena tinta emas berujung dunia 
Merajut buah nalar eksploritas 
Kau kuliti setiap hati dan mata 

Namun apa dikata 
Perjuangan tetaplah punya cerita 
Ombak caci dan fitnah menerjang 
Persidangan hanya mengurai derai airmata 
Akhirnya kau bebas dan berkelana
Bukittinggi saksi bisu keberadaannya 88 tahun nyata tertitih 
Kau wanita multidimensi bangkitkan harkat manusiawi 

Ku kenal kau sebagai Rohana Kudus 
Nama sederhana penuh pengumulan 
Di tengah pergolakan bangsa 
Kau berlian tangguh berelok rupa 
Terang akalmu mengarak pada gerbang senyuman 
Gerbang keinsyafan diri wanita bergerak 
Dan berdiri di wangi bunga jasamu 
Kau dianugrahi Bintang Jasa Utama 
Walau ragamu kini dimakan cacing 
Satu keyakinan dalam benak ragawi 
Namamu tersirat dalam nafas garis revolusi 
Perjuanganmu takkan berhenti disini!!!

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/deraimerahperjuangan/kukenal-kau-sebagai-rohana-kudus_556b6e2d2ab0bddb3ce40eea

Menjadi Puisi dalam Buku Antalogi puisi Bait-Bait Anak Bangsa, Waroeng Booku.

Wajah Cerah dari Ufuk Serang: Potret Pendidikan Gratis, Ilmiah dan Demokratis Bangkitkan Senyuman Kecil Masa Depan

”Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.” -Nelson Mandela- Dari kutipan diatas, kita memaknai bahwa pendidikan adalah konstituen yang dapat digunakan guna mengadakan transformasi dunia. Pendidikan mempengaruhi secara ekstensif pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Dampak pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah semakin berkembangnya kesempatan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan, pengetahuan, keterampilan, keahlian dan wawasan agar mereka berdaya kerja secara produktif guna mensejahterakan kehidupan berbangsa. Pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu Paedagogi. Paedagogi terdiri dari dua kata “paid” dan “agogos” yang artinya anak dan membimbing. Sehingga pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak” (the art and science of teaching children). Sedangkan dalambahasa Inggris Pendidikan adalah education, yang berasal dari bahasa Latin, yaitu ducare. Ducare memiliki arti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin”. Tambahan e, memiliki arti “keluar”. Maka, dapat diartikan bahwa pendidikan adalah “menuntun, mengarahkan dan memimpin keluar”. Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan diselenggarakan berintensi membantu manusia menjadi manusia yang merdeka dan mandiri, serta mampu memberi konstribusi kepada masyarakatnya. Menjadi manusia merdeka dalam arti tidak hidup terperintah, berdiri tegak karena kekuatan sendiri, serta cakap mengatur hidupnya dengan tertib. Beriringan dengan eksistensi pendidikan, sesuai Pembukaan UUD 1945, bahwa tujuan bangsa ini ialah mencerdaskan kehidupan berbangsa, hal ini pun diperkuat dengan pasal 31 ayat 1 bahwa setiap orang berhak mendapatkan pengajaran. Seiring perkembangan zaman, masyarakat dunia mulai tergiring menapaki limpah ruah globalisasi. Hal ini menuntut transformasi dunia yang begitu cepat. Dampak dari perkembangan dunia ini tidak terhindarkan oleh setiap bangsa. Hal ini akan berpengaruh terhadap segenap dimensi kehidupan bangsa termasuk bangsa Indonesia. Materi yang berkembang telah menjadikan peroblematika masyarakat Indonesia kian kompleks, bukan hanya perkara ekonomi atau budaya, namun bertranformasi menjadi krisis multidimensi. Lantas apa pokok permasalahan ini??? Analisis kritis mengantarkan kita pada suatu gerbang dimensi yaitu ekonomi. Ekonomi menjadi kausa problematika tertinggi, merasuknya kapitalisme dan imprealisme menyelusur hingga mengalir pada nadi utama kehidupan bernegara telah mendistorsi tujuan Negara sebagaimana tertuang dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945. Negara justru menjadi alat penindas oleh kapitalis dengan watak akumulatif, ekspantif dan eksploitatif. Penancapan kuku kapitalis dan imprealis yang semakin menusuk telah menodai kedaulatan bangsa, rakyat terkondisikan menjadi komoditas sebagai jalan memuluskan muslihat kapitalis melipatgandakan margin. Adapun rakyat menjadi budak kapitalis belaka. Iklim perekonomian yang terkonstruksi sebatas melambungkan para pemilik modal tanpa menilik kelas kecil (Baca: buruh, nelayan dan kaum miskin kota), adapun yang menjadi kebijakan pemerintah telah memboncengi sistem ekonomi liberal, sekalipun sebenarnya poros ekonomi Indonesia ialah bercermin dari Pancasila. Namun nilai-nilai Pancasila telah redup seiring merasuknya kapitalis dengan penetrasi budayanya yang mengubur jati diri bangsa melalui aparatur ideologisnya seperti media, pemerintah dan lainnya, sebagai usaha berekspansi. Terbentur ungkapan dari Ki Hadjar Dewantara, bahwa pendidikan ialah bermuara membantu pengenyam pendidikan menjadi manusia yang merdeka dan mandiri, serta mampu memberi konstribusi kepada masyarakatnya. Tentu dalam perkembangannya kini, rakyat terasingkan dari kemerdekaan sejatinya. Kemandirian yang dicita-citakan nihil realisasi. Nyatanya, kini Indonesia masih memiliki keterpautan dengan kapitalis asing. Maka dalam hal ini, diperlukan lakon pendidikan dalam masyarakat, sesuai UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, bahwa “pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,  serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”. Pendidikan menjadi ruang memanusiakan manusia, tak berorientasi pada intelektual saja. Melalui pendidikan, akan terakit karakter jati diri bangsa, menjadikan kualitas sumber daya manusia melesat tinggi. Potensi Indonesia menampakan eksistensi kekayaan hayati yang eksotik, adat-budaya yang homogen dan panorama yang terbentang dari Sabang sampai Merauke sebagai surga dunia. Pendidikan adalah medan pertarungan ideologis terhadap akses sumber daya sosial. Melalui pendidikan kesadaaran masyarakat untuk mendapatkan kemerdekaan sejatinya akan terjaring luas, masyarakat tidak lagi terpaku oleh kapitalisme dan imprealisme. Sehingga cita-cita Trisakti tergaungkan oleh Ir. Soekarno melenggang mudah melawati gerbangnya. Indonesia dapat berdiri mandiri dengan harapan bahwa para cendikia akan mengubah arah tatanan kehidupan dan Indonesia kembali pada tugas fakultatif Negara yaitu dapat menyejahterakan, baik moral, intelektual, sosial, maupun ekonomi. Namun muncul permasalahan baru, bahwa pendidikan era globalisasi kini telah dirasuki arwah kapitalisme dan liberalisme pula. Menjerumuskan pendidikan tak lebih alat akumulasi kapital negara. Institusi pendidikan berdimensi ruang belajar kritis menjadi pabrik yang mencetak tenaga kerja siap pakai di pasar kerja dan menghasilkan riset yang berguna untuk memecahkan masalah industri. Berubahnya kapitalisme dari bercorak industri menjadi pasca-industri, turut mengubah tatanan global. Pasokan tenaga kerja ‘kerah putih’ dibutuhkan secara besar-besaran. Peranan universitas dan lembaga pendidikan sejenis menjadi semakin vital sebagai pemasok.Degradasi pendidikan mengantarkan masyarakat pada batas ruang gerak untuk berkembang dan mandiri menggarap potensi negeri secara bijak dan arif guna mensejahterakan bangsa. Melihat historisnya pendidikan di Indonesia muncul sebagai Politik Etis dari Belanda yang mencari utilitas berupa pasokan tenaga kerja murah terdidik sebagai administrator belanda di Indonesia. Lambat laun pendidikan membuka tabir, cendikia tersadar akan hasrat merdeka, kaum cendikia terus mengkonstruksi kesadaran dengan sekolah-sekolah liar. Akhirnya mereka mengintergrasikan diri dan mengambil panggung dalam pencapaian kemerdekaan Indonesia. Hanya saja dewasa kini nilai-nilai progresif pendidikan kian bias seiring di stirnya pendidikan oleh liberalisme yang masih satu induk pada kapitalisme dan imprealisme. Pendidikan kita saat ini masih bercorak konvensional, yang hanya memempa siswa menjadi pasif, tunduk, dan jauh dari keberanian berpikir kritis. Pendidikan yang demikian hanyalah memperkokoh penindasan manusia atas manusia, menguntungkan penguasa yang hendak mempertahankan imperiumnya. Sehingga, pendidikan bukannya menjadi wadah pembebasan melainkan pembunuh perubahan dan kemajuan. Pendidikan kita yang demikian, telah membiasakan masyarakat kita hanya menetap dari keadaan yang telah di rancang oleh atas, nalar kritis terbunnuh secara alamiah tanpa gagasan inisiatif dan privatisasi pendidikan di luncurkan kapitalis guna melipatgandakan keuntungan. Amat sangat menyedihkan, buah pendidikan kini justru banyak menjadi pengangguran. Justru sarjana lebih banyak menganggur dibanding lulusan SD, karena lulusan SD sanggup bekerja dalam kondisi kerja yang buruk dan berupah rendah. Para sarjana sering kali terbentur akan syarat bahasa asing, indeks prestasi lulusan minimal 3, dan lain-lain. Neoliberalisme membuat mayoritas lulusan Universitas tidak punya masa depan di hadapan “pasar tenaga kerja”. Rezim-rezim neoliberal tidak mengatasi pengangguran dengan menciptakan kesempatan kerja penuh, namun dengan memberikan sogokan semacam “Bantuan Langsung Tunai”. Pendidikan tinggi dengan sistem ini justru menambahkan sederet problematika negeri. Kebijakan-kebijakan yang diambil, seperti menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan dan pemberian modal usaha belum cukup menjawab persoalan pengangguran, karena apabila kondisi dan kebijakan ekonomi-politik masih carut marut, maka usaha itupun akan bangkrut. Pendidikan lebih tinggi, kebanyakan menyebabkan anak muda justru menolak untuk mengerjakan pekerjaan dengan sistem manual, yang dinilai kurang sesuai dengan tingkat pendidikan mereka. Sarjana cenderung mencari pekerjaan sektor jasa. Sedangkan, pertumbuhan kerja di sektor jasa tidak mampu mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja terdidik. Di balik carut marut pendidikan kini, masih ada secercah harapan yang muncul dari tawa renyah anak-anak yang bermimpi membangun Indonesia, yaitu muncul dari Sanggar Belajar Untuk Rakyat milik masyarakat Pakupatan-Serang dengan sistem Pendidikan Gratis, Ilmiah Dan Demokratis. Dimana anak-akan kecil belajar dan bermain disana dengan guru-guru sukarelawan. Sistem disana dianggap mewadahi kebutuhan masyarakat. Pendidikan bersistem ini akan memanjukan pola pikir generasi muda. Mengapa harus gratis? Menengok pada pasal 31 ayat 2 bahwa seharusnya pendidikan ialah gratis, karena adanya kesadaran bahwa pendidikan merupakan elemen fundamental untuk kemajuan bangsa dan merupakan tanggung jawab negeri. Menegok pada Firlandia, mereka menggratiskan pendidikan, Pemerintah Firlandia menyediakan anggaran 5.200 euro atau sekitar Rp 70 juta untuk setiap siswa per tahun. Alasannya memungut biaya dari orang tua murid adalah tindakan ilegal dan melawan hukum. Di Indonesia, anggaran pendidikan dasar sembilan tahun sekitar Rp 21 triliun dari total anggaran pendidikan nasional Rp 43,4 triliun per tahun. Namun, anggaran itu diperuntukkan bagi jutaan murid di seluruh Indonesia. Privatisasi pendidikan di Indoensia menyebabkan orang miskin dilarang sekolah. Tentu hal itu berdampak kesenjangan sosial yang timpang. Di era Soekarno, pendidikan digratiskan dan digencarkan penghapusan buta aksara. Hal ini disesuaikan dengan tujuan bangsa yaitu mencapai sosialisme Indonesia. Namun saat era Soeharto pendidikan diubah tidak lagi berporos pada sosialisme Indonesia, privatisasi pendidikan mulai mencuat. Rakyat mulai bersaing untuk merasakan bangku pendidikan. Pemerintah mulai menggeser tanggung jawabnya. Tentu untuk memajukan negeri, pendidikan harus digratiskan, agar mampu dinikmati siapapun dia yang berlabel pribumi Indonesia. Perlu ada perhatian khusus pemerintah dalam mengkualitaskan rakyatnya. Beralih ke landasan berikutnya bahwa pendidikan ialah ilmiah. Dalam hal ini pendidikan berarti memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Melihat pendidikan saat ini masih jauh dari kata ilmiah, pendidikan tidak bertumpu objektifitas. Ilmu yang diajarkan hanya sebatas teori usang dan hanya merakit manusia tersistem sebagai robot siap cetak sebagai buruh murah. Hari ini pendidikan menyebutkan 1 x 0 adalah 0, namun apakah ada dari kita dapat menjelaskan mengapa 1 yang dikalikan 0 akan menghasilkan 0 bukan 1 atau tak terhingga? Itu sama halnya seperti kita tahu teori ekonomi, namun mengapa sampai detik ini kemiskinan kian meluas dan mendalam di negeri ini? Kurikulum yang digunakan haruslah ilmiah, dalam arti disesuaikan dengan kondisi objektif, sehingga apa yang menjadi kebutuhan rakyat terwadahi bukan sekedar kebutuhan pasar yang dilayani. Penyempurnanya ialah demokratis. Pendidikan menjadi wadah memederkakan siswa, namun di kondisi lapangan pencabutan hak terlihat nyata. Ia tertekan di sekolah, tugas yang bertumpuk, jam sekolah yang padat, mekanisme ujian yang menyebabkan tekanan untuk mendapat nilai tertinggi yang memuarakan budaya menyontek, serta disiplin ilmu yang banyak dipelajari sekalipun Ia tak menyukainya. Menoleh kembali Negara Firlandia sebagai Negara pendidikan terbaik di dunia, disana tidak melanggengkan sistem belajar yang padat. Belajar hanya 45 menit dengan 15 menit istirahat, meniadakan evaluasi atau ranking sekolah, murid hanya akan datang pada jadwal pelajaran yang mereka pilih, tidak ada Kelas Unggulan, semua kemampuan berada pada kelas yang sama. Maka asas demokrasi “dari murid, untuk murid dan oleh murid” terealisasi dengan baik. Setiap murid dapat berkembang kearah yang dia inginkan tanpa terbentur logika kebutuhkan pasar. Ia tidak berorientasi apa yang dibutuhkan namun apa yang dapat diciptakan. Institusi pendidikan merupakan ruang demokrasi yang harusnya mampu memberikan hak-hak kepada peserta didik untuk memerdekakan diri dan mengembangkan potensi. Maka pola-pola pendidikan memunculkan keluasan siswa untuk berkembang. Mendorong independensi rakyat dan berpangkal kedaulatan rakyat. Pola pikir masyarakat akan terkonstruksi progresif. Dalam hal ini pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang dihasilkan dari sistem kerakyatan, bukan lagi kapitalis dan imprealis yang diiringi oleh aparatur represif dan ideologisnya. pendidikan berfundamen kebutuhan rakyat, tentu menjadikan bersinggungan langsung dengan hajat hidup rakyat luasnya. Pendikan harus berakar dan merupakan hasil dari dialektis kritis. Pendidikan akan membawa arus perubahan bervisioner, menjadi arah berpikir untuk bergerak. Rakyat dapat mengabsolutkan arah kemajuan negeri, maka cita-cita negeri sebagaimana tentuang dalam UUD 1945 alinea ke-4 dapat terentitas. Perlu keseriusan pemerintah untuk menegasi jeratan kapitalisme dan imprealisme, sehingga pendidikan dan berbagai sektor vital tidak lagi tercemari dan dapat menghasilkan progresifitas suatu negeri yang luput dari jebakan lingkaran setan selama ini.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/deraimerahperjuangan/wajah-cerah-dari-ufuk-serang-potret-pendidikan-gratis-ilmiah-dan-demokratis-bangkitkan-senyuman-kecil-masa-depan_555468f37397730d149054a9